Kicauan burung mulai menyibak
rerumputan dan ranting-ranting patah yang tersapu embun pagi hari. Nun jauh
disana ku melihat sang surya mulai mengitari bumi dengan memancarkan sejuta
pesona kharismanya dengan menyunggingkan senyum terindahnya. Pagi ini, aku akan
memulai aktifitas wajibku setiap harinya yaitu menuntut ilmu. Kedengarannya simple
tetapi butuh tekad, niat dan usaha yang keras dalam menuntut ilmu. “Hmmmmpph...hari
senin!! I hate Sunday...!!” gumamku dalam hati. Tentunya, hari ini adalah
hari pertama kami melaksanakan Upacara Bendera. Jam sudah menunjukkan pukul
6.30, aku bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah karena, hari ini adalah hari
pertama masuk sekolah setelah lama aku dibuai dan dimanja oleh liburan sekolah
yang begitu membosankan selama dua minggu. Butuh dua puluh menit untuk sampai
ke sekolah dengan tepat waktu, karena aku takut dihukum oleh guru BK (Bimbingan
Konseling) dan Satpam sekolah ku.
Selama perjalanan hatiku tak tenang,
aku ragu bisa sampai disekolahku dengan selamat (selamat tanpa diomelin
karena telat dan selamat nggak diceramahin untuk datang tepat waktu).
Akhirnya, aku sampai juga didepan gerbang sekolah tepat pada jam 6.45
yaahh...hampir saja aku telat. Dengan wajah berseri-seri aku melangkahkan
kakiku ke arah gerbang sekolah dengan mantap dan begitu percaya dirinya. Saat
ku mengangkatkan wajah ku, berharap bertemu dengan teman-teman sekelasku
tetapi, yang aku temui malah Monster itu. Oh iya, aku hampir lupa mengenalkan
siapa namaku ke kalian semua. Namaku Zidka Zahrana. Teman-temanku biasa
memanggiku dengan nama Zhie_Zhie. Sekarang aku duduk di kelas XII IPA 1, mata
pelajaran favoritku adalah Bahasa Inggris dan Fisika, dengan kulit sawo matang,
supel, berpenampilan menarik, easy going dan tentunya berparas manis (hehehehehehe...).
Prestasiku disekolah sangat memuaskan dan tidak membuat Orang Tua ku malu,
malah membuat mereka bangga dengan prestasi yang ku raih disekolah. Aku
bersekolah di SMA yang berbasis dan mengedepankan nilai-nilai Ketuhanan dan
bernuansa Islami yang lumayan bergengsi dan terkenal di kota ku.
Sekolah inilah yang mengajarkan aku
tentang indahnya Islam, bersikap dan bertutur lemah lembut dengan sesama dan
mengajarkan nilai moral yang begitu berharga. Sekarang, aku menginjak kelas
XII, dimana kelas yang paling berbahaya, ibaratnya pasien yang sedang sekarat
aku tiada bedanya layaknya murid yang tengah masuk ICU (Intensive Care Unit)
dengan keadaan serba genting, mendadak, kepepet dan kejepit karena harus
dihadapkan di Ujian Nasional dimana, penentuan terakhirku selama aku menuntut
ilmu di sekolah ini. Sekolah ku ini, dengan aturan yang ketat membuatku merasa
seperti Boarding School atau sekolah-sekolah pondok lainnya, hanya
bedanya kami tidak diasramakan.
Di kelas aku mempunyai gank
namanya “ d’rainbow ”. Dan, karena gank itu pula aku
sering dihukum oleh guruku sampai dihukum untuk membersihkan laboratorium
sekolah. Dalam gank itu ada 5 orang, yaitu: Aku, Nayna, Imha, Dyan dan Ichal.
Nayna dengan perawakannya yang tinggi menjadi pusat perhatian anak-anak
sekolah. Imha, temanku yang celometan dan yang anehnya, mulutnya itu nggak
pernah stop untuk berbicara (Nggak capek kali yaa...). Dyan, temanku
waktu aku sejak kelas X sampai kami keluar dari sekolah ini pun selalu bersama
dan yang terakhir Ichal temanku yang cowok sendiri, dan memakai kacamata tetapi,
pintar banget Matematika dan Ichal ini adalah korban dari ketidakadilan dari
kami ber-empat.
Saat ku masuk kelas, aku tidak
melihat siapapun. Bahkan sahabat-sahabatku pun nggak ada. Setelah tas ku simpan
dalam rak meja, aku bergegas menuju tengah lapangan dan mencari-cari
sahabat-sahabatku. Menjelang, upacara segera dimulai yang ku temui hanya Nayna
dan Ichal. “Tapi, Dyan dan Imha kemana yaaa??? Hatiku mulai
bertanya-tanya. Sejenak ku terpaku dalam lamunanku tiba-tiba ada seseorang yang
mengagetkanku dari arah belakang “Haayyyyyyy!! Kok ngelamun sich mbak??
Mikirin apa sich?? PR?? Kan nggak mungkin, ini kan hari pertama masuk sekolah
sayang...” dengan wajah bahagia dan di iringi dengan lesung pipinya. “Nggak
kok Nay. Aku lagi nyari Imha ama Dyan. Kok dari tadi nggak keliyatan ya. Mereka
sakit ya?” jawabku penuh cemas. “Ouwhh..Imha ma Dyan??? Kamu nggak tau
ya say. Sekarang peraturan disekolah kita ada yang baru lagi loh. Semua siswa
harus sampai disekolah sepuluh menit sebelum Upacara Bendera dimulai”. “Jadi,
Imha ma Dyan telat ya???” ku tanya dengan hati gundah. “Ya iyalah masa’
ya iya donk!!”
***Beberapa
jam kemudian***
Upacara berakhir dengan lancar dan penuh
khidmat. Tetapi, hatiku masih dilandan kecemasan, karena dua orang sahabatku
belum nongol juga dari tadi. “Apa jangan-jangan Imha ma Dyan kena
hukuman dari guru BK kali yaaa” selidikku dalam hati. Saat ku berjalan
menuju kelas, tiba-tiba ada yang memanggilku dengan suara yang keras sekali “Zhie.....!!!
Sini cepetan....!!!” langkahku terhenti sesaat dan menoleh ke belakang dan
ternyata dua makhluk aneh memanggilku. Ku dekati arah suara itu dan berusaha
bertanya-tanya ada pa sebenarnya. “Zhie...ternyata Imha ma Dyan kena hukuman
dari guru-guru loh. Soalnya mereka berdua datangnya telat. Liyatin ajha tuh,
pasti bakal lama eksekusinya!” dengan semangat Nayna memulai pembicaraan. “Ironisnya
lagi, aku denger-denger nama mereka akan masuk ke blacklist atau DAFTAR
NAMA-NAMA MURID KELAS XII YANG BERMASALAH dan yang kejamnya lagi,,yang mengurus
kasusnya anak kelas XII diserahin ke Pak Sudirman selaku Ketua Jurusan IPA”
Ichal menambah. “Waaahh...lagi-lagi ketemu ama pak Sudirman...nggak bakal
selamat tuh nyawanya mereka berdua” tambahku lagi. “Ayo buruan
masuk...ntar kita kena’ kasus lagi kayak Imha dan Dyan” suara Ichal memecah
keheninganku. Secepat kilat kami berjalan menuju kelas IPA 1 yang berada di
sebelah timur lorong kedua dari Ruang Laboratorium tepat dimana Pak Sudirman
menghabiskan waktunya untuk bereksperimen atau sekedar membersihkan ruang
favoritnya tersebut.
Baru dua menit aku duduk tenang dibangku ku
tiba-tiba Pak Sudirman datang dengan gagahnya menuju kelasku. Karena, hari ini adalah
hari Senin dimana jam pertama adalah mata pelajaran KIMIA. Mendengar namanya
saja aku gemeteran apalagi mempelajarinya. Guru Kimia ku bernama M. Sudirman.
Nama yang cukup bersahaja tetapi, melihat orangnya ilfeel ku muncul.
Beliau sudah lama diangkat menjadi guru tetap di sekolahku dan sudah mengabdi
hampir 20 tahun. Setiap alumni yang berasal dari sekolahku semuanya mengenal
siapa itu Pak Sudirman, ciri-cirinya, perawakannya, sifatnya, cara ngajarnya,
dan semua yang melekat di diri guruku tersebut. Tak hanya pak Sudirman, tetapi
masih banyak lagi deretan nama guru yang killer disekolahku. Karena,
killer-nya sampai-sampai siswa sekolahku nggak ada yang berani menyapa bila
berpapasan. Dulu, waktu aku kelas XI aku punya guru perempuan yang sama killer
nya dengan Pak Sudirman dan sialnya mereka sama-sama guru Kimia. Namanya
Ibu Rahayu. Kami panggil dengan sebutan “ Mak Lampir ”. Dulu, nilai ulangan
Kimia ku jeblok, dan hampir 98% semua mendapat nilai rendah di ulangan Kimia,
dan hukumannya adalah jari-jari kami diketok dengan penghapus papan yang
terbuat dari kayu, terkadang kalau kami tidak bisa menyelesaikan PR kaki kami
dipukul dengan kayu, imbasnya banyak temanku yang nggak masuk sekolah gara-gara
hal itu, dan nggak bisa tidur tiga hari tiga malam. Dalam imajinasiku yang tak
henti-hentinya memikirkan begitu takutnya aku jika berhadapan dengannya kini,
dengan secara nyata dan terang-terangan aku berhadapan dengannya, dengan
entengnya beliau berkata “Eh.. Zidka!! Ngapain aja dari tadi ngelamun
nggak jelas?? Mikirin apa kamu??? Artis
sinetron??” dengan wajah takut dan menggigil ku menjawab “Nggg....ngggg...ngggggaaakk
kok pak. Saya hanya lagi memikirkan kira-kira hari ini teman sebangku saya ke
sekolah atau nggak!!” dengan sedikit lantang ku mengakhiri ucapanku. “Siapa teman sebangku mu??” tanya nya
dengan mengkerutkan dahinya. Lalu ku jawab “Dyan pak..” “Ohh...Dyan??
temenmu sedang di proses di Ruang BK dan untuk mata pelajaran Kimia hari ini
dia nggak bisa masuk karena temenmu itu bermasalah”
Bener-bener saat yang menegangkan buat ku,
karena aku yakin pasti 40 orang anak yang ada di kelasku hari ini pasti bakal
dibantainya habis-habisan. Apalagi aku sangat membenci mata pelajaran Kimia,
karena guruku tersebut. Ku persiapkan diriku supaya mampu melewati dua jam
kedepan bersama dengan Pak Sudirman di kelas. Sebelum, pelajaran dimulai
tiba-tiba beliau menginstruksikan perintah kepada kami “Sebelum pelajaran
kita mulai, saya akan merazia kalian satu-satu. Dimulai dari yang putri.
Ayo....semuanya maju kedepan”. Semuanya maju kedepan papan tulis dan
meng-iyakan semua perintah beliau. Alasan beliau merazia kami adalah supaya
murid-murid terlihat rapi, tidak sembrono, disiplin dalam berpakaian. Saat
razia berlangsung, ada teman ku yang kena cemoohan oleh beliau “Perempuan
kok sembrono. Ke sekolah aja bajunya nggak di setrika, bagaimana terlihat
rapi??? Kerudungnya lagi urak-urakan...cepat diperbaiki!!” kemudian ada
lagi temanku yang roknya robeknya dengan lantang beliau mulai berkicau lagi “Mau
belajar jadi artis??? Rok sekolah kok di robekin...Apa nggak bisa di jahit????”
Setelah seperempat menit merazia yang putri, kini giliran yang putra yang
dirazia oleh beliau, dengan berbagai macam alasan, cemoohan, kritikan pedas
hingga dipermalukan depan teman-teman yang lain.
“Ini baju apa kain pel?? Kayak nggak pernah
dicuci satu tahun, kotornya luar biasa” itu kalimat pertama yang keluar
dari mulut beliau. Kemudian disusul dengan “Mau jadi artis di sini??
Rambutnya kenapa dicat?? Memangnya ini rambut atau tembok. Jangan berlajar jadi
preman ya disini!!! Di sini tempat orang-orang yang punya etika” Kemudian
kritikan selanjutnya “potongan rambut model apa lagi ini?? Saya kan sudah
bilang, kalian disini ini siswa bukan artis!! Mending model rambutnya bagus
tapi, potongannya kayak orang motong sayur (saking berantakannya)”. Dan
yang terakhir yang paling memalukan adalah ada temanku yang paling bandel
dikelas dan sering bertatap muka dengan Pak Sudirman di Ruang BK bahkan jarang
masuk sekolah dan sekarang temenku itu berurusan lagi dengannya karena ujung
celananya sobek. Dengan nada yang menyambar bagai kilat beliau mengerutkan
dahinya lagi “Lain kali dikembangkan lagi ya sobekan celananya. Sobekannya
kurang panjang!! Supaya sobekannya tambah panjang, biar saya yang menyobeknya”
tiba-tiba ditangannya beliau ada gunting dan langsung menggunting celana
temanku setinggi lutut. Benar-benar memalukan........!!!
Setelah shock theraphy pertama berjalan
dengan begitu menegangkan sekarang masuk ke shock theraphy selanjutnya.
Salah satu teman cewek ku lupa me-nonaktifkan HP-nya saat mata pelajaran Kimia
berlangsung. Lagi-lagi matanya tertuju pada bunyi suara bunyi HP tersebut,
dengan mimik wajah yang khas (killer) beliau menuju arah bunyi tersebut
dan mulai meninterogasi temenku tersebut. “Siapa yang nyuruh kamu bawa HP ke
sekolah??? Apa gunanya bawa HP ke sekolah, buat gaya-gaya??? Belum tentu juga
pulsanya ada, atau bisa jadi itu HP Orang Tua dirumah, kemudian dibawa ke
sekolah untuk dipamerkan, begitu??? Saya paling tidak suka dengan siswa yang
tidak disiplin dan siswa yang susah diatur, kalau mau berperilaku bebas, jangan
disini tapi dipasar sana!!”. Dahsyat!! Guru ku ini terkenal dengan beberapa
julukan yang begitu sensasional dan tak asing jika mendengarnya di lingkungan
sekolah. Beberapa nama yang melekat dengan beliau antara lain: 1. Sudirman Killer,
2. Si Bibir Sexy, karena bibirnya kecil banget, 3. Guru nggak professional
karena, cara ngajarnya yang membosankan dan bisanya suka marah-marah dan
mengkritik orang lain, 4. Pak Sudirman Serba Kecil, soalnya mulai dari
badannya, bibirnya, kepalanya, serta telinganya semuanya kecil, 5. The Black
Killer, karena sifatnya yang kasar dengan warna kulit hitam legam, 6. Orang
Papua, lagi-lagi menyindir warna kulitnya, 7. Guru sadis, 8. Tukang kritik dan
kata-katanya sering kali menyakiti hati siswanya. Yang special lagi julukan
untuk pak Sudirman dari ku adalah “Chemical Monster”.
Hari senin ini benar-benar mimpi buruk yang aku
alami dan aku harus menelan pil pahit ini. Setelah jam Kimia berakhir aku, Nayna
dan Ichal segera menuju Ruang BK bermaksud untuk melihat keadaan dua sahabat
kami yang terkena kasus. “Zhie, kira-kira hukuman apa ya yang didapat Imha
ma Dyan???” “Nggak tau Nay,,do’ain ajah moga-moga cuman teguran ringan”
tiba-tiba Ichal memutus perbincangan kami “Itu Imha sama Dyan...!!!” “mana???”
tanyaku sambil mencari-cari Imha dan Dyan. “Itu loh didepan Ruang BK”.
Langsung kami bertiga berlari menuju arah Imha dan Dyan. “Kalian di apa’in
ajha ma guru BK??” Ichal memulai pembicaraan lagi. “Cuman teguran biasa kok..soalnya,
tadi aku ma Dyan telat”, “Katanya sich,,kalo udah tiga kali telat secara
berturut-turut ntar bakal di skors” tambah Dyan. “Hmm..syukurlah kalo’ cuman
teguran ringan, ketimbang kalian berdua dipulangkan” kata Nayna. “Untung
nggak dipulangkan, daripada di usir secara tidak terhormat depan gerbang
sekolah” jawabku. “Udah..udaahh...yang penting Dyan ma Imha nggak
terjerat kasus” langsung kami ber-empat menyambar “Lebay Lho Chal......!!!
Ketik C spasi D Capek Dech!! Hahahahahaha....!!!” dengan suara yang keras.
Tiba-tiba dari arah Ruang BK pak Sudirman keluar dengan mata melotot “Heehhh...!!
Siapa yang suruh kalian ribut-ribut di areal ini??? Kamu juga udah telat malah
bikin ribut ” dengan menunjuk ke arah Imha. Imha terdiam dan menunduk,
kemudian ku beranikan untuk pamit depan Pak Sudirman “Maafkan kami pak, kami
tidak bermaksud untuk seperti itu. Permisi Pak....” dengan wajah memelas
dan ketakutan.
Kemudian, kami berlalu dan menuju ke arah
kelas, dengan kompaknya kami bersorak “Chemical
Monsteeeeeeeeerrrrrrrrr.........plizzzz deeeeehhhhhh!!!” langsung kami
tertawa terbahak-bahak dan saat kami berlima lewat depan Ruang Laboratorium tiba-tiba
sosok perempuan keluar dari arah pintu dengan membawa ekspresi wajah yang
menyeramkan sambil berkata “Heehhhh!!! Masuk kelas sana!! Malah
keliaran....!!!” “Maaf bu...” Ichal langsung cekatan menjawab. Setelah
itu, kami berlari berhamburan dan dengan kompaknya lagi kami bersorak “Mak
Lamppiiiiirrrrr....iihhhh...atuuuutttt” Hahahahahaha....!!! Benar-benar
hari yang melelahkan, menegangkan, menyebalkan, sekaligus menyenangkan.
“Setiap orang mempunyai beberapa alasan
untuk mencintai bahkan membenci seseorang yang begitu lekat dengan masa
lalunya. Tetapi, janganlah kebencian itu kita pelihara di hati kita yang paling
dalam, karena kebencian itu akan sirna apabila kita membiasakan diri kita
dengan rasa saling merindukan, mencintai, menyayangi, dan mengerti satu sama
lain”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar