Memory ku sedikit berputar. Saat ingin ku mengetahui sebenarnya
tanggal berapa yang membuat Orang Tua yang aku sayang bisa bertahan sampai
sekarang ini dalam kemelut yang sangat berat untuk dilalui. Ingin rasanya, ikut
larut dalam beban yang mereka tanggung, tapi mereka berdua sedikitpun tidak
mengizinkan kami untuk ikut merasakan kesakitan, ketakutan, kesedihan hingga
menumpahkan air mata. Kapan lalu, tepatnya pada tanggal 2 February hatiku
semakin penasaran tanggal berapa mereka menikah. Saat ditanya via telepon, aku
bertanya pada Umi ku “waktu
nikah kemarin tanggal berapa Mi???”. Umi ku nggak bisa menjawab, dan memilih untuk
bertanya Abi yang sedang mengutak-atik dokumen lama. Kebetulan saat itu, Abi
sedang mengutak-atik dokumen. Jadi, sekalian membuka lembaran bersejarah tersebut.
Kemudian Abi menyebut “kami
menikah pada tanggal 4 February 1985”. Wooww,,its amazing!!!
Abi dan Umi |
Aku
tersentak mendengar ucapan yang sangat lantang keluar dari mulut Abiku. Tak
disangka-sangka ternyata umur perkawinan mereka kini sudah menginjak umur yang
sangat tidak muda lagi. Susah sedih sudah dirasakan bersama, mengawali keluarga
kecil yang diharapkan selamat dunia kahirat dirintis mulai sejak nol. Tak ada
campur tangan siapapun, untuk menciptakan istana kerdil yang bertempat di Jalan
Gajah Mada No. 21 Salama, Kota Bima. Bermodal gaji yang hanya tiga puluh ribu
rupiah dalam sebulan. Menurut cerita, dari Abiku sendiri dulu gaji seorang
Pegawai Negeri Sipil hanya tiga puluh ribu rupiah pada saat tahun 1985. Tetapi,
Abi ku sudah diangkat menjadi PNS sejak tahun 1982.
Pernah,
suatu hari pada saat aku masih duduk dibangku Aliyah kelas XII. Waktu itu, aku
tengah duduk santai didepan bersama mereka berdua. Kami bercerita panjang
lebar, termasuk tentang kisah perjalanan cinta, hidup dan suka duka yang mereka
berdua alami. Bermulai, dari mereka kenalan, hingga mereka resmi menikah. Ada lucunya
dan sedihnya. Lucunya, saat Abiku masih mengejar cintanya Umi ku. Saking,
cintanya ke Umi….Abi bela-belain ke kampusnya Umi untuk sekedar melihat Umi
seperti apa kalau lagi dikampus. Kemanapun, Umi pergi Abi selalu ngikutin dari
belakang sampai Umi kembali ke rumahnya dengan selamat. Satu usaha, yang
membuat aku kagum dengan kisah cinta mereka, yaitu saat Umi ku sedang makan
bakso bersama dengan teman-temannya diwarung bakso. Tanpa, diketahui Umi dan
teman-temannya, ternyata Abi diam-diam telah membayar semua pesanan bakso
beserta minumnya. Waktu Umi dan teman-temannya ingin membayar tiba-tiba penjual
baksonya bilang “Baksonya
udah dibayar. Jadi, kalian semua nggak usah bayar soalnya udah dibayarin”. Umi ku
menaruh curiga, dengan kejanggalan tersebut. Tak lama kemudian, salah satu teman
perempuannya Umi ku, tiba-tiba mengagetkan lamunan Umi, “Loh, itukan laki-laki kemarin yang ngikutin
kamu dari belakang An??”. Anna adalah nama sapaan yang paling familiar
dikalangan teman-temannya (Namanya Umi ku Nurjannah).
Dalam
hati, Umi ku hanya bergumam, ternyata dia yang udah bayarin bakso ku. Dan
lucunya, Abi ku tak beranjak dari tempat itu meskipun begitu jauh dengan warung bakso tersebut sehingga
keberadaan Abi ku diketahui oleh Umi ku dan teman-temannya. Hmm…Abi benar-benar
polos. Saat Umi cerita depan aku waktu itu, Umi tertawa bukan kepalang dan
Abiku hanya bilang “Malu-maluin
aja,,nggak gitu ceritanya. Ngarang tuh Umi mu”. Lucu
kaaann??? Hehehe…
Pernah,
suatu saat Umi ku bercerita tentang kemelut rumah tangga yang mereka alami
sejak aku dan saudara-saudara ku masih kecil. Waktu itu, Umi masih belum
mendapatkan pekerjaan tetap. Saat itu, Umi masih merampungkan kuliah D2 nya,
dengan dibantu biaya dari Abi. Umi, yang hanya dari keluarga yang Ayahnya
seorang guru SD dan Ibu nya hanyalah seorang Pedagang sekaligus Ibu Rumah
Tangga, maka mau tidak mau Umi harus membayar uang kuliahnya dengan jerih
payahnya sendiri dengan cara menjahit dan kuliahnya pun sering jatuh bangun
karena terbatas dengan biaya. Alhasil, banyak juga orderan menjahit yang datang
padanya, sehingga memudahkan baginya untuk mencari dana yang lebih untuk
membayar biaya kuliah. Meskipun, kuliahnya sempat tersendat-sendat.
Berbeda
dengan keluarga Abiku. Yang masih tergolong keluarga yang mapan pada saat itu.
Maka, sangat masuk akal lah jika Abi ku bisa cepat menyelesaikan study-nya
dibandingkan Umi, karena uang yang mengalir dikeluarganya terus tetap ada. Melihat
pekerjaan Ayahnya waktu itu adalah Kepala KUA disalah satu kecamatan di
Kabupaten Bima. Benar-benar, tergolong keluarga yang lumayan berpengaruh
didesanya dan dipandang di desanya. Pantaslah, jika Abi ku kuliah di Mataram,
tepatnya di IAIN Mataram. Sedangkan Umi ku hanya kuliah dikampus swasta yang
ada di Bima. Sangat kontras dengan ilmu yang didapat oleh Abiku. Tetapi, hal
itu tidak menyurutkan semangat mereka, Umi ku tidak kalah saing dengan Abiku.
Hehehehe…..
Begitu
tersentuh hatiku saat Umi menceritakan perjuangannya untuk tetap bertahan dalam
tahun pertama pernikahannya. Sedangkan, Abi ku sendiri sibuk mencari nafkah
dengan bekerja pada sebuah instansi pemerintah di Departemen Agama Kabupaten
Bima. Dengan gaji, yang tidak begitu banyak (pada saat itu) Abi dan Umi
berusaha untuk mencukupi diri mereka sendiri. Tetapi, dibulan November 1985
anak pertama mereka lahir. Seorang bayi perempuan yang cantik. Diberi nama “Sayyidatun Nisa”. Lahir
pada tanggal 11 November 1985. Dirumah biasa dipanggil Nis atau Nisa. Tetapi,
panggilan akrab untuk kakak perempuan itu dariku adalah Icha. Kelahiran anak
pertama mereka membuat mereka berdua untuk bekerja banting tulang untuk
membiayai kebutuhan kakak pertamaku tersebut.
iCha |
Anak
pertama, yang bernama Icha tersebut adalah suatu kebanggaan tersendiri yang
dirasakan oleh Abi dan Umiku. Maka, tak heran jika Abiku sangat memanjakan
anaknya tersebut dan sampai hari inipun, kakak perempuan itu masih jadi
primadona dihatinya Abi ku. Abi ku benar-benar sangat menyayangi dan
mencintainya.. Aku salut dengan perjuangan yang dibubuhkan oleh kedua orang tua
ku diatas lembaran putih nan suci. Begitu bangga hati ini, saat mendengar
cerita dari keduanya. Perjuangan diantara mereka berdua masih terus berlangsung,
tetapi posisinya pada saat itu Umi belum juga mengantongi gelar Sarjana D2 nya dikarenakan
jatuh bangun yang dialami Umi. Selain menjadi istri, Umi pun harus menjadi Ibu
serta menjadi Mahasiswa. Ditahun 1988, tepatnya di ujung tahun 1988 kakak laki-laki
ku lahir tepatnya pada tanggal 6 November 1988, yang diberi nama
Syarip |
“Syarif Hidayatullah”.
Dirumah, biasanya dipanggil Ris. Umi tuh, biasanya yang manggil nama Ris,
semuanya ikut manggil itu deh jadinya. Tetapi, kalau aku manggil Sarip, nggak
pake’ huruf F. hehehe…. Kelahiran anak laki-laki ditengah-tengah keluarga ku
sangat membuat Umi begitu terharu dan lengkap sudah yang diinginkan. Anak
perempuan sudah, dan anak laki-laki pun sudah. Umi dan Abi benar-benar smart.
Hehehe…sama kayak aku.
Tetapi,
kemelut sedih pun mengurai di lembaran tahun 1989. Lagi-lagi musibah mendatangi
kebahagiaan yang tengah diraih oleh keluarga ku. Karena, sejak kelahiran kakak
keduaku itu, ternyata Umi ku sakit-sakitan dan kakak ku pun ikut sakit-sakitan.
Sehingga kasih sayang yang diharapkan tak bisa sepenuhnya didapatkan oleh kakak
perempuan dan kakak laki-laki ku. Penyakit yang Umi rasakan, sangat lama.
Penyakitnya, kapan saja bisa kumat kalau Umi ku terlalu sibuk dan mengakibatkan
penyakitnya gampang datang. Cobaan, yang datang pun bertubi-tubi, tetapi Umi
dan Abi ku tetap tegar menghadapinya dengan sabar dan penuh dengan senyuman.
Karena, mereka meyekininya akan hadirnya hari bahagia itu, seiring dengan
berlalunya masa-masa sulit ini. Hmmm,,super sekali. Dan sifat pantang menyerah
yang ada di diri Umi ku semakin membuatku bangga dan jiwa semangatnya pun..
berkobar lagi, disaat sakit yang melanda, Umi ku berniat untuk melanjutkan
kuliahnya lagi yang sempat terpotong untuk meraih gelar Sarjana D2 nya.
Sehingga, saat Umi ku sedang berada dibangku kuliah, beliau tengah
mengandungku. Aku bangga dengan jiwa semangat yang ada di diri Umi ku. Ditahun 1992
tepatnya diawal tahun 1992, lahir lah bayi mungil, cantik, maniz dan Insya
Allah akan membahagiakan Orang Tuanya. Yaitu, bayi perempuan mungil nan
lucccuuuu dan ternyata bayi kembar. Lahir pada tanggal 11 Januari 1992. Lahir
dengan selamat dan ternyata kembar. Senang bukan kepalang, yang dirasakan oleh
keluarga Umi dan Abi ku. Terutama Orang Tuanya Abiku, tepatnya nenek ku, sangat
bahagia mendengar berita itu. Hingga waktu aku kecil, yang merawat aku adalah
nenek ku itu. Karena, saat itu Umi masih sakit-sakitan.
Saudara Kembar |
Saudara
kembarku yang satunya dirawat dan diaush oleh Umi ku sendiri. Sedangkan aku
diasuh dirumah nenekku. Dan aku menjadi cucu kesayangannya nenek ku saat itu.
Asyiikk…assyyiikk,,hehehehe !!! Aku adalah anak bungsu dari saudara kembarku.
Kakak kembarku bernama “Hurun
Ainun” sedangkan aku bernama “Ainun
Nikmah”. Sehingga dirumah aku dipanggil Nining dan kakak kembarku Nunung.
Tetapi, umur kakak kembarku sangat singkat. Waktu ia, masih berumur empat bulan
Allah mengambilnya untuk berada di sisi-Nya. Karena, saat itu saudara kembar ku
sakit-sakitan seperti Umi ku. Pukulan terberat yang dirasakan oleh keluargaku.
Disaat hati bahagia mendapatkan karunia anak kembar, tetapi malah salah satu
diantaranya harus berada di Sisi-Nya. Terutama Abi ku, sangat bahagia mempunyai
anak kembar. Setiap Abi ku pulang dari kantor, dari ceritanya Umi ternyata Abi
selalu membelikan kami kalau nggak baju kembar, ya sepatu, kaos kaki, selimut
dan hal-hal lain yang menurutnya membuat anaknya senang. Dari situ, aku
merasakan bahwa Abi ku sangat menyayangi kami semua anak-anaknya. Semoga
saudara kembarku menjadi penolong saat kami sekeluarga di hari akhir nanti.
Amiinn… karena, aku yakin saudara ku berada ditempat yang sangat indah dan
nyaman.
Sepeninggal
saudara kembarku, terbesit dalam hati Umi ku untuk mengganti namaku. Karena,
sekarang ini aku bukan lah anak kembar lagi. Dulu pernah Umi ingin mengganti
namaku dengan Sitha Ainun Zahrah. Tetapi, om ku (adiknya Umi ku), tidak setuju
dengan nama itu. Dan om ku itu, bermaksud untuk menambah nama ku dengan nama
Lulu. Konon, katanya Lulu itu adalah nama temannya yang ada di Jawa (dulu Om ku
itu kuliah di IAIN SUPEL). Katanya sih, temannya itu cantik dan sangat pintar
dikampusnya. Ternyata, usulan nama itu disetujui oleh Bibi ku juga, nama Lulu
itu pantas untuk di simpan depan nama Ainun Nikmah. Sehingga namaku menjadi Lulu
Ainun Nikmah, dan namaku kini menjadi tambah panjang karena, aku bukan anak
kembar lagi, katanya kakek ku pun nama itu bagus yang artinya pun sangat indah
(Permata yang Menyenangkan). Asikk..asiikkk….
Terakhir
di ujung tahun pertengahan tahun 1993, tepatnya pada tanggal 28 Agustus 1993
lahir anak laki-laki yang notabene adalah adik bungsuku. Yang diberi nama “Muhammad Syaukin Muttaqin”.
Uky |
Adik
yang super menyebalkan dirumah dan menjadi musuh utama ku kalau lagi nonton tv.
Tetapi, adikku ini sangat melindungi aku banget dan tentunya sayang pada ke-3
kakak-kakaknya. Hidup kami sekeluarga pun, semakin lengkap dengan jumlah
saudara yang ideal dan sangat unik menurutku dua laki dua perempuan. Dan
ditahun 1994, Umi berhasil meraih gelar Sarjananya yaitu gelar Sarjana D2 dan
diwisuda pada tahun 1994 di Mataram. Kemudian, tak ingin ketinggalan ilmu. Umi
pun berniat untuk sekolah lagi untuk meraih gelar Sarjana S1. Maka, menginjak tahun
2002 Umi ku pun merampungkan Sarjana S1 nya di kampus Swasta yang ada di Bima.
Dan kebahagiaan itu pun semakin terlihat dan jiwa berani dan pantang menyerah
dari Umi sangat membuatku takjub dan kagum. Umi dan Abi pun, bisa menyekolahkan
kami hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dan pada akhirnya, Orang Tua ku bisa
menunaikan Rukun Islam yang terakhir
yaitu menunaikan Ibadah Haji di Tanah Suci pada tahun 2009. Alhamdulillahhi
Rabbil Alamin.
Terimakasih
Ya Allah. Kau masih memberikan umur yang panjang pada Orang Tua ku hingga detik
ini. Nikmat syukur selalu ku sanjungkan dalam hati kecilku. Terimakasih atas
rizki yang kau limpahkan pada keluarga kami. Ketenangan yang amat tentram
dihati. Kelapangan hati menerima cobaan yang melanda, dan menguji keimanan
kami. Dan yang membuat aku terharu, bahwa Anniversary yang ke-27 ini bertepatan
dengan Hari Maulid Nabi Muhammad SAW. Semoga kami sekeluarga menjadi keluarga
yang Sakinah, Mawaddah wa Rahmah. Dekatkanlah kami sekeluarga pada jalan
lurusmu Ya Rabb. Amin Ya Rabbal Alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar