Jumat, 23 November 2012

Mulai di Pisahkan

                                                                                                Surabaya, 12 Oktober 2012


            Pagi ini aku merasa ketakutan. Karena, ketakutan itulah yang membuat aku untuk mengayunkan jari-jari manisku dan memanjakan mataku untuk duduk berhadapan dengan layar Netbook. Bagaimana tidak, tadi malam aku baru saja menghabiskan malam dengannya. Berangkat jam setengah tujuh dan balik ke kost sekitar jam setengah sepuluh. Luar biasa, perjalanan itu. Ku rasa, malam itu adalah malam terakhir ku menatapnya dalam-dalam di Kota Pahlawan ini. Malam ini adalah malam terakhir ku bersama dengannya di Kota Pahlawan. Karena besok pagi ia akan menjalani rutinitas indahnya tanpa hadirnya aku. Sakit. Memang sakitnya luar biasa, tapi aku mencoba meredam semua kesakitan itu hanya untuknya. Berharap kesabaran ini membuahkan kebahagiaan yang haqiqi dan nyata.
            Saat perjalanan tadi malam, tak terasa air mataku mengalir begitu saja. Saat mataku mulai ku sandarkan ke bahunya. Awalnya, aku merasa kedinginan, karena malam itu hujan deras sekali. Tapi, ternyata hatiku perih. Sakit. Pedih yang amat mendalam yang ku rasa. Tanpa ku sadari, ku menangis di sandaran bahunya. Menangis tersedu-sedu tanpa membuatnya risau dan gundah. Ingin ku beritahu bahwa sekarang hatiku tengah menangis, tapi aku tak tega, aku takut ia khawatir dengan kondisi ku. Hampir 3x ku sandarkan wajahku ke bahunya dan saat itu pula aku menangis dengan sekencang-kencangnya. Untung, suara sepeda motor mengalahkan suara tangisanku yang begitu nyaring, hehehe . Hanya bekas linangan air mataku yang ada di jaket merahnya.
            Pagi ini, seperti biasa aku membangunkannya untuk shalat Subuh. Karena, besok dan seterusnya mungkin aku akan jarang membangunkannya dan bahkan akan ada orang yang lebih dahulu membangunkannya. Entah, aku pun tak tahu. Aku berharap pagi ini ia terbangun hanya dengan 1x sms ataupun dengan 2x missed call dari ku. Tapi, ternyata tidak. Butuh beberapa sms baru ia terbangun. Hmm... sabar saja lah. Pagi ini aku mulai merasakan pedih yang amat mendalam. Sama halnya saat aku ditinggalkan oleh Umi, waktu aku mulai kuliah di Surabaya. Ingin ku tahan Umi pergi, tapi aku disini tlah berjanji untuk menuntut ilmu dan membawa 1 lembar ijazah dan nilai memuaskan untuknya.
            Setelah ku bergegas dan bersiap-siap untuk berangkat ke kampus, ternyata di tengah perjalanan aku melupakan sesuatu. Yaitu membelikannya beberapa makanan kecil atau minuman untuknya. Untungnya, ku bawa kue dan susu dari kost, dan sisanya aku beli. Karena, aku tahu dia pasti nggak akan ada waktu untuk beli makanan/minuman menurutnya kopi dan rokokan saja sudah cukup baginya. Tapi, tidak denganku. Aku nggak bisa membiarkannya kelaparan begitu saja. Hmm..inilah bukti rasa sayangku untuknya. Karena, aku tahu seterusnya aku nggak akan bisa care sepenuhnya lagi seperti dulu-dulu saat dia ada di Surabaya. Akhirnya, 1 plastik makanan dan minuman sudah berhasil aku bawa. Sisanya, aku harus sabar tuk menunggu kedatangannya di tempat kami janjian. Dan seperti biasa dia suka telat. Hahaha . Hmm...Aiah sayang...!! Ternyata barangnya banyak banget. Aku harus membantu membawakan tasnya. Duuhh,,kasian aku sama Aiah. Setelah sampai di gerbang depan kampus, ia berfikiran agar barang bawaannya di bawa pakek sepeda motor oleh temennya. Soalnya, berat banget katanya. Akhirnya, AiahQ cyaNk menelpon temen akrabnya tuk membantunya membawakan barang bawaannya.
            Akhirnya barangpun tlah dibawa. Aku dan Aiah naik land tuk menuju ke stasiun. Di dalam perjalanan mau naik land, aku mengunci mataku. Seolah-olah aku harus mengunci air mataku agar tak jatuh membasahi pipiku di hadapan Aiah. Karena, aku takut Aiah menjadi sedih. Bahkan, ia tak mau jika kepergiannya harus di tangisi, sebab ia begitu mengharapkan senyuman manisku tuk mengiringi kepergiannya, toh ia pergi untuk kembali. Yaa...kembali untukku, Zhie” dan cinta kami. Di land, aku memberikan 3 lembar foto. Ada 2 fotoku dan 1 foto kami berdua, semoga lewat foto akan tetap mengingatkan ia padaku. Setelah itu, aku mulai berkaca-kaca. Aku nggak bisa memungkiri bahwa detik-detik ku harus melepaskan ia pergi akan tiba beberapa menit lagi. Sempat, ia memegang tanganku dengan erat. Aku merasakan begitu damai, tenang bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya. Aku menemukan ketenangan bila di dekatnya. Akhirnya, kami pun sampai ke stasiun. Temennya pun telah sampai di stasiun. Barang-barangnya pun udah di ambil dan mulai bergegas kami masuk ke stasiun.
            Masuk stasiun. Hatiku mulai tertusuk bak ditusuk jarum begitu perih dan sakit sekali. Ternyata keretanya akan berangkat jam 09.26. Hatiku lega mendengarnya. Karena, sejak awal Aiah bilang bahwa keretanya akan berangkat jam 09.00, dan lagi-lagi jantungku berdegub dengan kencangnya saat ku lihat jarum jam mulai menunjukkan arah jam 08.50. berarti sebentar lagi ia akan masuk ke ruang tunggu dan selamanya akan meninggalkanku. Ya Allah, betapa perihnya hatiku saat itu, aku tak kuasa melepaskan kepergiannya. Pikiranku kacau, dan akhirnya ia mengajakku berfoto di Stasiun. Awalnya malu di lihat orang, tapi aku mencoba untuk cuek, toh ini foto kenang-kenangan yang terakhir aku bersamanya di Stasiun sebelum keberangkatannya. Setelah foto-foto selesai, tiba-tiba Aiah bilang: “Ning, ntar aku masuk jam 9 lebih 10 apa 15 menit gitu”. Pikirku dalam hati, kenapa terlalu cepat ia masuk? Sedangkan keretanya datang jam 09.26 apa terlalu cepat?? Ingin rasanya aku melarangnya, tapi ku urungkan niatku dan segera menganggukkan kepala tanda setuju padanya, padahal sebenarnya berat rasanya melepasnya pergi. Jarum jam menunjukkan pukul 09.05 dan akhirnya ia harus masuk ke dalam, ku bantu ia membawakan barang bawaannya sampai ke tempat pemeriksaan KTP, dan akhirnya aku harus melepaskan tangannya untuk yang terakhir kalinya. Air mata rasanya sudah tak dapat aku bendung lagi, tapi ku coba untuk menahannya meski mataku sudah berkaca-kaca. Setelah itu, ke palingkan wajahku, berusaha untuk mengusap air mata yang menyelinap keluar dari ujung mataku, dan saat itu pula ia memanggilku lagi dan berkata: “Hati-hati yah Ning..” dengan memberikan senyum khasnya yang membuat aku kangen dengannya.
            Setelah aku keluar dari Stasiun dan menunggu land yang lewat. Baru saat itulah, air mataku membasahi pipiku. Dan dengan cepat ku raih tasku dan mengambil tissue dan mengusapnya. Saat di land pun air mataku tak bisa ku bendung. Saat ku tengah sibuk dengan mengusap air mataku, tiba-tiba ada sms yang masuk tepat jam 09.10 tanggal 12 Oktober 2012, aku membaca sms masuk darinya : “Cantik hati2 ya, makasih banyak udah di anterin, baik2 di Surabaya, keep contact terus, sms kalo udah nyampek kost dan jangan sedih”. Kata-katanya begitu menusuk ulu hatiku dan mengharuskan aku untuk terisak-isak di land yang sepi itu. Setelah sms itu berlalu, belum sempat ku balas karena, aku masih sibuk mengusap air mataku yang mengalir di pipiku. Dan akhirnya ia menelpon beberapa kali, tapi tak aku angkat karena aku pasti akan menangis dan pastinya aku menangis di land. Teleponnya, aku abaikan dan hanya meresponnya dengan membalas sms darinya. Sampai di kost, ku tutup jendela kamar, ku matikan lampu kamar ku nyalakan kipas angin, ku kunci kamarku dan mulai tidur di kasur dan langsung menangis dengan sekeras-kerasnya sambil memandang wajahnya di wallpaper Hp dan mengecup pipinya.
            Sambil membalas smsnya pun air mataku tetap mengalir. Dan ku putuskan untuk keluar kamar dan bercanda gurau dengan teman kost ku yang lain. Berharap ku temukan kedamaian, keceriaan dan tawa yang menghangatkan hati. Dan akhirnya ku temukan itu. Alhamdulillah, hatiku sudah tak sakit lagi, minimal kondisi sudah tenang, tidak labil dan drop seperti tadi. Ia menguatkan aku lewat sms nya, ia menunjukkan rasa sayang dan rindunya padaku hanya lewat sms. Semua itu hanya lewat sms. Karena, memang kami berdua menyadari bahwa hubungan yang kami bina ini adalah hubungan jarak jauh. Ya Rabb,,kuatkan lah hati kami berdua dalam melewati ujian serta tantangan ini. Amin. Di sms nya ia selalu bilang padaku untuk sabar dan saling menguatkan satu sama lain. Memang ini semua hal yang paling terberat yang pernah kita lewati tapi, kita kudu lewati bersama. Begitu dalam harapan yang ia gantungkan padaku, dan rasanya aku tak tega bila terus tangisi kepergiannya. Dan aku harus semangat lewati hari-hari ku tanpanya di Surabaya, dan aku harus bisa wujudkan dan buktikan bahwa aku baik-baik saja. Dan ia begitu ingin sekali melihat aku wisuda semester VII. Sungguh, ia mengharapkan masa depan yang begitu menjanjikan untukku. Benar, setelah itu aku merasakan bahwa ia memang tulang rusukku, Imam shalatku, Ayah dari anak-anakku dan Suami yang aku inginkan sejak dulu.
            Ternyata, malam ini aku lagi Haid. Ya aMpun, sakit perut yang teramat sakit akan aku rasakan malam ini. Dan darahnya terus mengalir kebawah, dan lagi-lagi ku curhatkan kesakitanku lewat sms ke Aiah. Biasanya, kalo’ lagi sakit perut aku bisa memandang wajahnya dari dekat dan aku dipeluknya dan pasti sakit perutku hilang, tapi sekarang ia hanya bisa mendo’akan ku dari kejauhan. Dan mendo’akan ku menjadi wanita yang begitu mulia. Sebab, darah itulah yang menjadikan ku mulia dihadapan nya. Yaitu memiliki buah hati. Kata-katanya begitu lembut dan menghanyutkan, membuatku merasa aku menemukan sosok Suami yang baik dalam dirinya. Sungguh ku ingin dirinya Ya Allah ....
            Karena, rasa rindu yang amat mendalam, ia menemani lewat sms sampai aku tertidur. Dan aku bermimpi tentangnya. Ku lihat ia tengah tidur di kasur yang begitu empuk. Di sampingnya, ada aku dan ia merangkulku dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Rasa-rasanya aku melihat bahwa kami sudah menikah. Yaaaa...MENIKAH adalah harapan terbesarku yang aku gantungkan di langit dan yang aku panjatkan kepada Tuhanku. Bahkan, ia berjanji akan datang ke rumah setelah aku wisuda. Sungguh senang hatiku. Wanita mana yang tak bahagia jika mendengar pacar yang ia cintai mengikrarkan sebuah janji yaitu akan menikah. Dan aku benar-benar menginginkan Aiah tuk jadi Suamiku kelak. Jika, semua lancar dan di restui kami berdua akan melangkah, setelah itu aku akan lanjut S2 dan tentunya tuk menghadapi tesis ada Suami tercinta yang senantiasa membantu dan menemaniku. Amin. I Hope That, God....
            Udah dulu yah diary, sekarang hatiku lumayan tenang. Semoga hari kedua bisa aku lewati dengan baik besoknya. Amin. Aiah, I love U sO much.... !!!!

Tidak ada komentar: